suka makan

Restoran sushi biasanya identik dengan kemewahan, kesan eksklusif, dan harga makanannya yang selangit. Eits, tapi itu dulu! Sekarang kalian bisa menikmati sushi dengan suasana yang lebih “merakyat”, taste yang lezat, dan tentu saja, harga yang pas di kantong…whoa, sushi lovers pasti langsung pada penasaran kan? Tenang,tenang…Di artikel ini, kami akan memberikan informasi yang lengkap mengenai hal itu…just check this out!
Tagline “eating sushi with different experience” memang sesuai dengan konsep yang dihadirkan Sushi Boon dalam menjamu sushi lovers. Memang pengalaman berbeda seperti apa sih yang ditawarkan oleh Sushi Boon? Ketika berkunjung ke tempat ini, jangan harap kalian akan menyantap sushi di dalam sebuah bangunan, kedai, booth, atau lapak sekalipun. Di sini, kalian hanya akan menemukan sebuah mobil pick up yang disulap menjadi dapur terbuka plus kursi-kursi yang tersebar di sekitar mobil itu. Sudah terbayang dong unik dan menariknya makan di tempat ini?
Sushi Boon yang terletak di halaman parkir Edward Forrer Dago ini buka sejak bulan Februari. Pemiliknya ada tujuh orang yang semuanya masih mahasiswa! Salah seorang pemilik Sushi Boon, Rian, mengatakan, semula ia dan rekan-rekannya akan menempatkan Sushi Boon di kawasan ITB atau Unpad Dipati Ukur. Itulah sebabnya Sushi Boon berkonsep mobil resto agar bisa mobile. Namun karena beberapa pertimbangan, akhirnya rencana itu diurungkan.
Sushi Boon menyediakan beraneka ragam sushi yang tentunya sudah diinovasi. Ada atlantic salmon roll, salmon skin roll, rolling stones, spiky the spicy, battousai roll, crabby baby, leviathan, sweetheart, sunshine, dan maguro island. Selain itu, ada juga nigiri, gunkan, maki, dan donburi. Whoaaa…melihat namanya saja sudah membuat air liur menetes! Hihihi…
Nah, dari semua menu di atas, ada beberapa jenis sushi nih yang jadi menu andalan! Menurut Rian, rolling stones merupakan menu yang paling sering di pesan. Rolling stones merupakan sushi yang terdiri dari beef teriyaki and melting mozzarella cheese. Hmm, menu ini cocok banget buat para pengunjung yang tidak suka seafoods tapi ingin makan sushi. Selain itu ada juga sweetheart sushi yang merupakan perpaduan antara almon and melting mozzarella cheese…
Soal harga, jangan khawatir! Harga sushi yang ada di Sushi Boon reasonable banget untuk mahasiswa seperti kita. Rolling stones dibandrol dengan harga Rp. 20.000/plate. Menu lainnya dijual dengan range harga antara Rp. 6.000 - Rp. 28.000. Hmm, mau makan sushi dengan poengalaman yang berbeda? Sushi Boon bisa jadi salah satu alternatif kalian lho…


Sushi Boon
Halaman parkir butik Edward Forrer di Jalan Dago Bandung



Say thanks untuk owner Sushi Boon: Rian dan Koro
suka makan

Ingin menyantap western foods sambil menikmati suasana yang homey? Cobalah datang ke Nany’s Pavillon yang berada di Jalan Riau No. 112 Bandung. Restoran yang baru buka pada 23 Maret 2009 ini memang menawarkan konsep yang berbeda dibandingkan dengan restoran lain. Selain dapat mencicipi pancake, waffel, pasta, salad, dan western foods lainnya, kalian juga akan disuguhkan suasana yang nyaman seperti sedang berada di rumah. Lengkap dengan lantunan lagu-lagu easy listening serta interior khas rumah-rumah Eropa. Ratih Hardi, store manager Nany’s Pavillon mengatakan, konsep homey yang dihadirkan restoran ini terinspirasi dari film The Nany’s. Maka tak heran jika nama Nany’s Pavillon pun terinspirasi dari film tersebut.
Berkunjung ke sebuah restoran atau kafe, tak lengkap rasanya jika kita tak mencicipi menu andalah di restoran/kafe tersebut. Kami pun langsung menanyakan menu andalan di Nany’s Pavillon. Ternyata menu andalan di sini cukup banyak lho! Kalau kalian mau menyantap pancake, coba pesan bluberry cheese roll pancake yang terdiri dari one piece roll creem cheese and pancake served with bluberry sauce and ice cream. Selain pancake, menu andalan lainnya adalah crazy chocolate waffle, beef baked rice, dan hot tuna spaghetty. Tidak hanya itu, kalian juga bisa memesan smoked beef sandwich, carbonara fettucini, speachless berry ice cream, dan masih banyak lagi. Untuk minumannya, kalian bisa mencoba Apricot Mint ice tea, cookies and cream milkshake, lemonade, dan minuman lainnya. Tapi menurut Mbak Ratih, minuman yang paling banyak dipesan adalah Nany’s cocktail. Minuman ini terdiri dari dua jenis, yakni rasa bluberry dan mangga yang dijual per pitcher untuk empat orang. Hmm, wajib dicoba banget deh!
Dengan banyaknya menu yang ditawarkan, kami jadi bingung sendiri lho mau pesan yang mana! Akhirnya kami memesan bluberry cheese roll pancake, smoked beef sandwich, dan segelas ice tea. Tak berapa lama kemudian, pesanan kami datang. It’s eating time….!!!! Whoa, bluberry pancake-nya menggiurkan sekali! Tapi sayang nih, smoked beef spaghetty-nya tidak seperti yang kami bayangkan. Porsi spaghetty-nya terbilang kecil. Penampilannya juga kurang menarik… Nah, kalau berkunjung ke sini, saran kami sih, lebih baik kalian memesan waffle atau pancake yang memang menjadi andalan Nany’s Pavillon.
Makanan enak seperti itu, harganya berapa ya? Sepiring bluberry cheese roll pancake dibandrol dengan harga Rp.26.000, smoked beef sandwich seharga Rp.25.000, ice tea-nya sendiri dijual dengan harga Rp.8000. makanan lain dijual dengan kisaran harga antara Rp. 8000,00- Rp. 28. 000,00. Hmm, agak menguras kantong juga sih bagi mahasiswa melarat seperti kami. Tapi terkadang merogoh kocek lebih dalam untuk menikmati sajian istimewa tidak ada salahnya juga kok…:D
Satu lagi kelebihan yang ditawarkan oleh Nany’s Pavillon adalah menu mereka yang tidak mengenal jam makan. Setiap pengunjung dapat menyantap pancake atau waffle kapan pun mereka mau, baik saat breakfast, lunch, maupun dinner. Tapi menurut kami, makan di sana enaknya pas siang menjelang sore hari atau pada waktu tea time. Tertarik menghabiskan sore hari sambil menyantap pancake bersama orang tersayang? Ayo berkunjung ke Nany’s Pavillon. Coz it feels like at home…







say thanks to Mbak Ratih Hardi, store manager Nany's Pavillon dan Bey for the documentaries
suka makan

Suasana warung ala kampung langsung terasa begitu kami memasuki Nasi Bancakan yang terletak di Jalan trunojoyo No.26, Bandung, siang itu. Bangku-bangku dan meja kayu sederhana berderet rapi di seluruh penjuru ruangan. Lukisan-lukisan bertemakan pedesaan, poster-poster artis Bollywood dan group band legendaris, serta lampu petromak yang menggantung di langit-langit membuat restoran ini semakin terlihat tradisional.
Perjalanan yang cukup melelahkan dari Jatinangor menuju Bandung membuat perut kami keroncongan. Lagipula sudah waktunya makan siang. Jadi, apa salahnya kalau kami juga mencicipi masakan tradisional yang ada di restoran ini? Yippie…!!!
Karena sudah masuk waktu makan siang, pengunjung yang datang ke Nasi Bancakan cukup banyak. Mereka juga harus antre untuk mengambil makanan karena sistem yang digunakan di restoran ini adalah self service atau prasmanan.
Begitu sampai ke meja prasmanan, kami terheran-heran karena harus menggunakan piring zaman baheula yang terbuat dari seng. Lebih tercengang lagi begitu melihat berbagai masakan yang tersedia di meja prasmanan. Whoa, membuat kami ngiler…! Eits, jangan harap kalian bisa menemukan masakan ala Eropa karena semua masakan yang ada di sini adalah masakan tradisional khas Sunda. Ada sekitar 30 masakan yang tersedia setiap harinya, seperti: sangu liwet, pindang lauk sawah, ulukutek leunca, beuleum peda, semur tutut, gejos cabe hejo, tumis picung, hayam baker koneng Cisaga, dan masih banyak lagi. Kami sendiri memesan sangu liwet, tumis ampas kecap, tumis genjer, beuleum peda, dan es goyobod. Wah…ngeunah pisanlah!
Pemilik nasi Bancakan, Mang Barna dan Bi Oom, memang sengaja mengambil konsep tradisional untuk restoran mereka. Mang Barna yang kami temui seusai makan siang mengatakan, ia ingin membuat restoran yang mengingatkannya pada rumah dan masa kecilnya di Kota Garut. Maka jangan heran jika kalian juga menemukan jajanan khas Sunda seperti Kue balok, es Goyang, arumanis, gulali, yang lengkap dengan gerobaknya di restoran itu.
Soal harga? Hmm, kalian tidak usah khawatir. Harga masakan dan minuman di sini cukup terjangkau (apalagi untuk mahasiswa melarat seperti kami…hihi). Harga masakan yang ada sini berkisar antara Rp.500,00-Rp.7.000,00. Tuhkan, terjangkau banget…
Melihat keunikan yang ditawarkan oleh nasi bancakan, serta kenangan masa lalu yang dihadirkan di restoran ini, membuat kami berjanji untuk datang lagi ke nasi bancakan suatu saat nanti. Bagaimana dengan kalian, tertarik mencoba? Hayu atuh urang bancakan ka restoran ieu…(Ayo kita beramai-ramai ke restoran ini)…:D
suka makan

Berwisata kuliner di Bandung, kita tidak boleh melewati salah satu restoran ini, yaitu Bandoengsche Melk Centrale (BMC). Dari namanya kita dapat menebak dan tahu bahwa tempat itu merupakan pusat susu di Kota Bandung.Sebagai pusat susu, di sana kita dapat menikmati berbagai minuman olahan dari susu, antara lain Yoghurt Cocktail, Youghurt Milkshake, dan susu murni dengan berbagai pilihan rasa, seperti coklat dan strawberry. Selain minuman yang diolah dari susu, BMC pun banyak memiliki menu favorit, salah satunya adalah sop buntut goreng, serta menu barunya, Lasagna Ganyong.
Karena penasaran, kami pun memesan makanan dan minuman di sana. Yoghurt Cocktail, Susu Strawberry, Sop Buntut Goreng, dan Lasagna Ganyong merupakan menu yang kami pesan. Tahukah kalian bagaimana rasa makanan dan minuman tersebut?? Ehhhmmmmm.. Betapa enak, nikmat, dan menyegarkan.

Sop buntut goreng disajikan dengan memisahkan buntut goreng dari kuah sopnya. Rasa buntut sapi goreng ini sangat lezat ditambah dengan kuah sop yang menambah kenikmatan menu utama ini. Kenikmatan ini dapat kalian rasakan dengan membayar Rp. 27.000,- saja.

Sementara itu, Lasagna Ganyong tersedia dalam tiga rasa, yaitu rendang, kari, dan gulai serta dua ukuran, besar dan kecil. Untuk ukuran besar dihargai Rp. 21.000,- dan ukuran kecil dihargai Rp. 10.000,-.Dari tiga pilihan rasa tersebut, kami memilih rasa rendang. Rasa dari Lasagna Ganyong sebenarnya sama dengan lasagna-lasagna pada umumnya, namun yang membedakannya adalah bahan bakunya.
Jika pada lasagna yang lain bahan bakunya adalah terigu, sedangkan pada lasagna ini bahan bakunya adalah ganyong, yaitu sejenis umbi-umbian. Jangan kalian tanya bagaimana rasanya, karena rasanya begitu nikmat. Perpaduan ganyong dan rendang membuat cita rasa yang berbeda. Kami rasa, kalian harus mencobanya!!!

Untuk dua minuman yang kami pilih, juga tidak bisa diragukan lagi dengan rasanya. Yoghurt Cocktail memberikan sensasi yang berbeda dalam menikmati yoghurt pada umumnya. Yoghurt disajikan dalam sebuah gelas tinggi, sementara itu di atasnya terdapat potongan-potongan buah, seperti strawberry, anggur, nanas, dan apel. Ehmm,, kalian tentu bisa membayangkan bagaimana segarnya minuman ini. Susu Strawberry pun tak kalah menyegarkannya dari Yoghurt Cocktail.
Selain menu makanan utama dan minuman dari susu, BMC juga menyediakan berbagai jenis makanan lain seperti nasi timbel, nasi uduk, nasi bakar, nasi pepes, nasi goreng, gulai, gado-gado, dan zupa-zupa. Kalian pun jangan khawatir mengenai harga. Makanan dan minuman di sini harga-harganya cukup terjangkau. Untuk berbagai jenis makanan dan minuman di sini harganya dibandrol berkisar antara Rp. 3500-Rp. 27.000.
Kenikmatan-kenikamatan tersebut hanya dapat kalian dapatkan di BMC yang terletak di Jalan Aceh No. 30, di dekat gedung DPRD kota Bandung. Segeralah ke sana dan rasakan sensasi yang berbeda!!!
suka makan

Hujan baru saja berhenti. Matahari baru menampakkan diri setelah beberapa saat dikalahkan oleh awan hitam pembawa hujan. Kawasan Braga terlihat lengang, tidak banyak orang yang berjalan-jalan sore itu. Kami berjalan menyusuri Bragaweg sambil celingukan. Mata kita berpendar ke seluruh penjuru, mencari-cari sesuatu. Aha, tak berapa lama mata kami tertuju pada sebuah papan nama. Yes, finally we found it! Sebuah papan bertuliskan “Braga Permai Restaurant: chocolatier, pattisiers, boulangers” menjulang tinggi di halaman depan sebuah bangunan.
Kami kemudian berjalan ke restoran bersejarah ini. Tapi langkah kaki kami terhenti begitu sampai di depan halaman Braga Permai. Tiba-tiba rasa segan, malu, dan takut muncul. Entah kenapa. Mungkin suasana restoran yang terkesan tertutup dan eksklusif membuat kami merasa tidak nyaman. Apalagi ketika itu Braga Permai sedang sepi. Kami hanya melihat seorang berkebangsaan asing tengah membaca buku dan meminum bir di salah satu meja. Duh, masuk nggak ya? Tapi keinginan yang luhur serta penasaran tingkat tinggi akhirnya mengalahkan ketakutan kami. Hey, we’re journalists wanna be…we don’t have to be afraid about anything, rite? Kalau pun kami tidak bisa mewawancarai pengelola Braga Permai, setidaknya kami pernah masuk ke restoran yang sudah ada sejak masa pemerintahan Hindia Belanda ini.
Begitu masuk ke dalam restoran, kami melihat berpuluh-puluh meja dengan gaya tahun 80-an. Foto-foto Maison Bogerijen zaman baheula banyak terpajang di dinding restoran. Salah seorang teman yang merekomendasikan tempat ini pernah berseloroh, katanya bangunan dan desain restoran Braga Permai mirip restoran yang ada di film Warkop DKI. Ternyata memang tidak jauh berbeda ya kawan…
Kami disambut oleh seorang ibu berpakaian abu-abu. Kemudian kami mengutarakan niat kami datang ke restoran tersebut, mewawancarai pengelola Braga Permai. Namun sayang, orangnya tidak ada. Yaaa, udah jauh-jauh ke sini…salah juga sih nggak konfirmasi dulu. Hihi.
Karena sudah terlanjur masuk ke restoran ini, akhirnya kami pun melihat-lihat makanan yang ada di display. Whoa, makanan di sana membuat air liur kami menetes. Di sana terpajang berbagai aneka roti, kue, es krim, coklat, dan jelly yang menggugah selera. Ternyata, Braga Permai juga memproduksi kue-kue kering sendiri. Semua makanan yang dipajang namanya aneh-aneh dan susah dibaca. Maklum, mereka memang masih memakai istilah Belanda untuk menamai kue-kue.


Tergoda, kami pun menanyakan harga berbagai macam kue (maklum, uang kami terbatas…jadi harga menjadi pertimbangan penting dalam hal ini… ) . Harga kuenya ternyata cukup terjangkau bagi kami sang mahasiswa melarat.hihi. Sebuah soes dengan porsi yang cukup besar dibandrol dengan harga Rp. 6.500 saja! Chocolate cake dengan lapisan coklat yang menggiurkan juga dihargai sama. Tanpa basa-basi, kami langsung membeli cake itu. Tapi memang harga makanan lain terbilang mahal. Coklat berbagai rasa dan bentuk rata-rata dijual dengan harga Rp.30.00 – Rp.50.000/ons. Es krim dijual dengan harga Rp.20.000-an. Selain makanan manis, mereka juga menyajikan menu utama seperti steak, sate, dan swike yang harganya berkisar antara Rp.30.000- Rp.50.000. Hmm, bagi kami harga itu sangat mahal dan tidak terjangkau…hiks.
Menjamurnya restoran di Kota Bandung yang lebih modern sedikit banyak memengaruhi keberlangsungan hidup restoran ini. Seiring berjalannya waktu, pengunjung Braga Permasi semakin berkurang. Apalagi pengunjung yang seumuran kita. Nah, nggak ada salahnya lho kalian mengunjungi restoran ini. Selain menikmati kue-kue khas Belanda, kita juga bisa belajar mencintai sejarah. 
suka makan

Selain berkunjung ke Sumber Hidangan, hari itu kami juga mengunjungi sebuah restoran lainnya, yakni Braga Permai. Mungkin sebagian besar dari kalian tidak familiar dengan nama restoran ini. Bahkan mungkin kalian tidak tahu bahwa restoran ini menyimpan berjuta kenangan indah akan kejayaannya di masa lalu. Yap, restoran Braga Permai atau Maison Bogerijen memang salah satu dari sedikit restoran zaman kolonial yang masih tetap bertahan sampai saat ini. Wow, hebat kan?
Seperti yang dikutip dari buku Braga, Jantung Parijs van Java karya Ridwan Hutagalung dan Taufanny Nugraha, restoran ini dibuka pada tahun 1918 dan berlokasi di hook sisi timur Simpang Bragaweg (Bahasa Belanda: Jalan Braga-red). Kemudian pada tahun 1923, restoran milik L. van Bogerijen ini pindah ke tengah-tengah Bragaweg, di lokasi Braga Permai saat ini.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Braga Permai atau Maison Bogerijen merupakan salah satu restoran paling elite di Bandung. Restoran ini juga konon mendapat piagam restu langsung dari Ratu Belanda. Bahkan, Maison Bogerijen merupakan satu-satunya restoran yang menyajikan hidangan istimewa khas kerajaan seperi Koningin Emma Tart dan Wilhelmina Taart. Maison Bogerijen juga memiliki menu paling lengkap. Mulai dari menu utama, es krim, panganan manis, serta aneka roti.
Agar tidak ketinggalan zaman dan dalih antikolonial yang digembar-gemborkan oleh pemerintah, Maison Bogerijen melakukan pemugaran pada tahun 60-an. Pengelola mengubah total bangunan bergaya Eropa tradisonal Maison Bogerijen menjadi lebih modern.
Jujur saja, kami lebih menyukai bangunan pertama Braga Permai ketimbang bangunan yang sekarang. Desain bangunan Braga Permai tempoe doeloe sangat kental nuansa Eropanya. Bangunanya juga kokoh dan sangat merepresentasikan kejayaan restoran tersebut. Dibanding dengan bangunan yang sekarang sih, sorry to say, kalah jauh..
Masih dikutip dari buku yang sama, perombakan bangunan Braga Permai juga disayangkan oleh pengelola restoran tersebut, Ibu Erna. Dalam buku itu ia mengatakan bahwa jika suatu saat nanti Braga Permai dibangun kembali dengan bangunan megah ala Maison Bogerijen, maka itulah masa kejayaan kembali restoran tersebut. Wah, semoga saja ya Bu…

*Braga Permai
Jln. Braga no. 58 Bandung


Sumber:
Hutagalung, Ridwan dan Taufanny Nugraha. 2008. Braga, Jantung Parijs van Java. Bandung: Ka Bandung.
suka makan
Saat membaca judul tulisan ini, mungkin kalian mengira itu adalah nama sebuah rumah makan. Hahahaaaaa. Sayangnya bukan. Sumber Hidangan adalah nama dari toko roti peninggalan zaman Belanda yang terletak di Jalan Braga. Het Snoephuis, itu nama toko roti ini pada zaman kolonial Belanda yang berarti The Candy House.
Mungkin bagi mereka yang belum pernah ke sana akan mengalami kesulitan menemukannya. Karena toko ini tidak memasang papan nama di depan tokonya. Hanya print-an kertas A4 dengan tulisan “Sumber Hidangan d/h Het Snoephuis sejak 1929” yang tertera pada kaca depan toko tersebut. Dan mustahil sekali orang dapat melihatnya, apalagi kalau mereka yang berada di kendaraan, seperti motor ataupun mobil. Karena itulah yang kami alami, kesulitan mencari toko ini. Heheheeeeeee.



Bangunan ciri khas Belanda tetap dipertahankan toko ini. Begitu pun dengan cara-cara lama dari pembuatan kue dan roti, yaitu tidak memakai pengawet dan roti selalu dibungkus dengan kertas roti. Jadi, kalau beli roti di sini, enaknya langsung dimakan pada hari itu juga.
Hampir semua roti dan keu di sini menjadi andalan, karena rasanya memang enak dan harganya pun lumayan terjangkau. Tapi, waktu kami datang ke sana Cuma bawa duit dikit, jadi kami cuma mampu beli Krentenbrood (roti kismis) seharga Rp. 3000,-. Tuuuuhh, lumayan murah kan???
Selain itu, ada kue yang bernama Bokkepootjes. Mungkin kalau di Indonesia namanya lidah kucing celup cokelat kali ya? Atau semacam lady fingers gitu. Cuma kalau di toko ini, Bokkepootjes-nya dobel, dua Bokkepoot ditempel pake saus kemerahan, ada kayak kelapa kering di dalam adonannya, baru dicelup ke cokelat cair. Harga 1 ons Bokkepootjes adalah Rp. 17000,-.



Masih banyak lagi roti dan kue yang bisa kita beli dan nikmati di sana. Antara lain adalah Taai taai pop (roti jahe), suiker hagelslaag (sejenis sugar sprinkles atau meises gitu), mocca truffel, saucijzenbrood (roll cake isi daging cincang), pasteikorst (sejenis pastry), krentenbollen (roll cake kismis), chocolate rotsjes (kayak kacang di dalam adonan cokelat), vruchten zandtaart (sejenis pai yang isinya buah kering/sukade).
Udah ngiler belum?? Kalau udah, cepetan donk ke sana. Harga?? Jangan khawatir. Tadi kan kami udah bilang kalau di sana harganya lumayan murah, tergantung jenis roti dan kue apa yang mau dibeli. Heheheeeee..

*Toko Sumber Hidangan
Jalan Braga 20-22 Bandung
Telp: 022-4236638
Buka setiap hari (kecuali hari Minggu) 08:30-19:00